Oleh : Fifin Chahyani R.N
Pada masa sekarang peluang bisnis
lebih berwarna dan kaya alternatif. Di dalam satu perusahaan yang menggeluti
satu bidang produksi ternyata dapat melebarkan sayap ke bidang bisnis yang lain
tanpa meninggalkan bidang bisnis utama. Hal ini menjadi satu wacana positif
bagi perusahaan terutama dalam hal mengembangkan potensi sosial budaya. Saat
ini perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa menyentuh masyarakat dan
budaya lokal yang ada. Keberadaan sebuah perusahaan menjadi bagian dari sosial
budaya sekitar, sehingga perusahaan harus memiliki kapasitas untuk merangkul
masyarakat dan ikut melestarikan budaya.
Dalam dunia bisnis, gaung positif
dari nama perusahaan harus diciptakan semaksimal mungkin. Upaya pencitraan ini
menjadi hal yang sangat penting terutama dalam meningkatkan potensi dan budaya
perusahaan tersebut. Upaya pencitraan perusahaan bukanlah sesuatu yang mudah,
apalagi jika perusahaan bukan tergolong pada kategori perusahaan yang
mengedepankan modernitas dan tidak berorientasi pada pasar media sosial. Namun,
bukan berarti lantas kita menutup diri untuk melakukan pengembangan dalam hal
tersebut. Justru ini merupakan tantangan yang harus dihadapi dan disikapi lebih
serius.
PT. Perkebunan Nusantara X merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi utama gula, dimana
regulasi produksi sangat terbatas dan tidak memiliki orientasi up to date, sehingga selama ini kurang
begitu ‘ramah’ di telinga masyarakat. Masyarakat mengenal gula, tapi tidak tahu
bagaimana dan dimana gula itu diproduksi. Kondisi ini tentu saja menjadi
sesuatu yang dilematis bagi PTPN X. Di tengah kontinuitas produksi yang terus
merangkak naik, justru di sektor sosial budaya berada pada tingkat yang
melemah. Padahal ini penting untuk memenuhi kriteria CSR (Corporate Social Responsibility) yaitu tanggungjawab perusahaan
kepada lingkungan sosial sekitarnya baik berupa fisik maupun non fisik.
Tanggungjawab ini bukan saja meliputi pada sektor fisik seperti upaya
pelestarian lingkungan (AMDAL), tetapi juga termasuk kebijakan-kebijakan yang
bersifat sosial budaya. Salah satunya adalah bagaimana mengenalkan perusahaan
kepada masyarakat, sehingga masyarakat memiliki rasa turut memiliki dan bangga
dengan keberadaan perusahaan. Ini sangat penting bagi kelangsungan perusahaan,
untuk menghadapi tantangan sosial ke depan yang lebih kompleks. Merangkul dan
melakukan relationship yang baik
dengan masyarakat mutlak harus dilakukan oleh perusahaan.
WISATA SEJARAH PABRIK GULA
Tidak dapat dipungkiri bahwa
pariwisata masih menjadi primadona bagi upaya pencitraan diri selain kesehatan
dan pendidikan formal. Sektor bisnis pariwisata dinilai memiliki potensi besar
untuk memperkenalkan sesuatu termasuk memperkenalkan diri perusahaan. Selain
pemikiran ke arah peluang bisnis dan ekonomi, pariwisata juga punya kapasitas
kemudahan masuk ke tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan sektor yang
lain.
Berbanggalah PTPN X yang memiliki
akses cukup besar dalam upaya ekspansi bisnis ke arah pariwisata. Mengapa ?
Sebab jika dirunut, PTPN X memiliki potensi wisata sejarah yang bernilai jual
tinggi. Terutama pada sejarah pabrik gula-nya. Meskipun bukan bisnis utama,
tapi kepemilikan bisnis wisata sejarah pabrik gula dapat diandalkan terutama
untuk upaya pencitraan diri dan memperkenalkan PTPN X ke sektor yang lebih
luas. Jika dipahami, maka ini akan lebih bernilai dibandingkan dengan sekadar
berbicara ekonomi.
Sektor pariwisata dewasa ini menjadi
salah satu industri primadona di berbagai negara-negara berkembang. Potensi
wisata yang berorientasi pada keindahan alam, budaya sejarah akan mendatangkan
keuntungan bagi seluruh komponen-komponen yang terlibat didalamnya seperti
pengelola tempat wisata, masyarakat di sekitarnya, pemerintah kabupaten
setempat dan lainnya sebagainya. Namun hal tersebut harus di dukung dengan
konsep pemasaran yang sesuai dan terpadu sehingga pemasaran dari objek wisata
ini berhasil di kenalkan dan dapat menarik wisatawan.
Seperti kita ketahui bahwa PTPN X memiliki
sejarah perusahaan dan pabrik gula yang sarat dengan pengetahuan serta wawasan
sejarah untuk dibagi kepada masyarakat luas. Hal ini juga didukung dengan
konsep fisik perusahaan yang masih berciri khas khusus. Nilai-nilai budaya lama
seolah masih tergambar tegas dalam setiap aktifitas maupun properti yang
dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menjadi nilai tambah ( value add ) dalam gagasan bisnis wisata sejarah pabrik gula PTPN X.
Kepekaan akan gagasan bisnis wisata sejarah ini harus juga ditunjang dengan
aksi menyikapi selanjutnya (tidak berhenti pada gagasan semata).
POTENSI BISNIS
Berbicara potensi bisnis wisata
sejarah (pabrik gula), maka dapat disimpulkan pada tiga (3) hal garis besar
berikut ini :
1. Kebijakan
Kearifan Budaya Lokal
Kearifan
lokal yang dimaksudkan disini adalah bagaimana mengupayakan kelestarian budaya
setempat (lokal) termasuk didalamnya bagaimana menjalin hubungan baik dengan
masyarakat dengan melibatkan mereka pada setiap event budaya yang diadakan oleh perusahaan. Prinsip ini menciptakan
sinergi yang baik antara perusahaan untuk mewujudkan PTPN X yang dapat hidup
berdampingan dengan budaya masyarakat tanpa menghilangkan budaya lokal
masyarakat sekitarnya.
Menurut
Rensis Likert mengenai teori human
relations bahwa pendekatan secara hubungan manusiawi (human relations) memiliki anggapan dasar bahwa produktivitas ditentukan
oleh norma sosial, bukan selalu ekonomi.
2. Nilai
Ekonomi ( Economic Value )
Berbicara
bisnis, pasti berbicara ekonomi. Termasuk bisnis wisata sejarah pabrik gula
PTPN X ini tidak akan lepas dari sisi ekonomi, terutama dalam hal memberi income tambahan bagi perusahaan.
Perkembangan sektor tambahan unit usaha dalam bidang pariwisata akan dapat
menghasilkan tambahan pendapatan perusahan di luar dari sektor inti perusahaan
tanpa melupakan sektor inti perusahaan
yakni dalam produksi gula. Pendapatan dalam sektor pariwisata akan dapat
memperkuat kebutuhan finansial dari perusahaan PTPN X. Oleh karenanya sektor
pariwisata ini harus di kelola dengan profesional dan efisien.
Nilai
bisnis lainnya adalah fungsi negosiasi (negotiation)
yang dapat diprediksi bergerak maju ketika banyak pihak yang mengenal citra dan
profesionalitas yang dimiliki PTPN X melalui usaha wisata sejarah pabrik tebu
ini. Dalam hal ini tentu saja tujuan akhirnya adalah untuk pengembangan dan
kemajuan perusahaan.
3. Wawasan
dan Pendidikan
Mencerdaskan
kehidupan bangsa bukan saja menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemerintah,
tapi juga setiap insan dan atau perusahaan. Membagikan wawasan mengenai sejarah
dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya termasuk dalam upaya pencerdasan
bangsa tersebut. Seperti kita ketahui bersama PTPN X merupakan salah satu
perusahaan penghasil gula di Indonesia yang tertua dan terbesar di Indonesia,
atas dasar sejarah dan kejayaan tersebut hal ini dapat di jual kepada
masyarakat untuk menambah pengetahuan masyarakat sekitarnya agar sejarah itu
tidak hilang.
STRATEGI DAN MODEL PEMASARAN LOW COST
Terkait dengan tiga potensi besar
diatas, maka disini akan disajikan beberapa strategi dan rencana gagasan untuk
mengembangkan bisnis wisata sejarah pabrik gula PTPN X, yaitu
1. Kearifan
Budaya Lokal
*
Dengan mengadakan event budaya secara rutin seperti ritual membersihkan pabrik,
karnaval pakaian zaman tempo dahulu, karnaval sepeda onthel, dan sebagainya yang mana dari event rutin yang unik ini
diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat luas dan menarik wisatawan untuk
datang berkunjung.
*
Melibatkan dan merangkul serta bekerjasama dengan masyarakat lokal dalam usaha home industry melalui produksi
cinderamata (seperti gantungan kunci, makanan khas oleh-oleh, dll bagi
wisatawan yang datang) atau usaha persewaan properti seperti sepeda onthel, baju zaman tempo dulu, jasa
foto, dll.
2. Nilai
Ekonomi
*
Dengan memasang tarif tiket masuk atau membuat harga paket wisata
*
Keuntungan dari penjualan cinderamata
3. Wawasan
dan Pendidikan
*
Dengan mengadakan guiding /
penyampaian informasi mulai dari sejarah pabrik gula sampai pada penjelasan
proses produksi dari awal sampai akhir oleh seorang guide / pemandu wisata
*
Membangun museum mini yang menyimpan profil-profil pabrik gula dari tahun ke
tahun
*
Membuat website yang khusus
mengeksplorasi tentang wisata sejarah pabrik gula PTPN X ini, mengingat jaman
sekarang informasi juga harus dilakukan melalui media online sehingga dapat
diakses oleh dunia yang lebih luas sekaligus sebagai media promosi yang efektif
dan efisien
Pada prinsipnya,
ketika menggeluti sebuah bisnis, haruslah didukung dengan keseriusan dan
kematangan dalam segala hal yang mendukungnya. Pun dengan menjalankan bisnis
wisata sejarah pabrik gula ini, keseriusan sangat diperlukan didalamnya. Artinya,
segala hal yang memungkinkan untuk disiapkan dan dilakukan, kenapa tidak untuk
dipenuhi. Proses pengembangan ini juga membutuhkan kesiapan sumberdaya manusia
yang ada didalamnya. Untuk itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus bagi
mereka yang terlibat di dalam bisnis wisata sejarah pabrik gula PTPN X ini,
agar tujuan utama dapat dicapai.
Sedangkan model
pemasaran yang dinilai tepat untuk wisata sejarah pabrik gula PTPN X ini adalah
strategi Low Cost. Model ini lebih
mengedepankan cost yang cenderung rendah
dan terjangkau dengan tidak mengurangi kualitas apa yang ‘dijual’. Artinya,
dengan cost yang relatif rendah, tapi
pengetahuan dan pelayanan yang dilakukan tetap harus dikedepankan.
Strategi low cost ini dianggap sesuai sebab
sasaran utama wisata sejarah ini tak lain adalah pelajar ataupun mereka yang concern dengan pendidikan, meskipun pada
prinsipnya tidak ada pengkhususan didalamnya (semua kalangan bisa berwisata
sejarah ini). Dengan tarif atau harga yang terjangkau, diharapkan wisatawan
yang datang dapat terpenuhi ‘kepuasannya’ yaitu memperoleh informasi,
pengetahuan, belanja cinderamata, dll dengan budget yang terjangkau. Dengan tingkat kepuasan tersebut diharapkan
wisatawan yang telah berkunjung dapat memberikan dan meneruskan informasi
positif bagi yang lain, sehingga akan menambah intensitas kunjungan wisatawan
ke wisata sejarah pabrik gula PTPN X ini.
Dengan model low cost, perusahaan dapat memanfaatkan
media online (website) serta media
sosial (facebook, twitter, dll) dalam
upaya pemasarannya. Untuk promosi secara lokal, perusahaan dapat menjalin
kerjasama dengan media massa setempat dan juga pemerintah daerah, sebab
berbicara wisata sejarah maka juga akan berbicara budaya lokal yang berarti
juga menjadi bagian dari warisan kekayaan budaya yang ada di daerah tersebut.
Sejatinya, pemerintah daerah juga harus mensuport suksesnya gagasan wisata sejarah
pabrik gula PTPN X ini.
Selain itu
strategi low cost ini juga dapat
digunakan sebagai media untuk mempertahankan keaslian dan kebersahajaan yang
dimiliki PTPN X yang tertuang dalam wisata sejarah pabrik gula. Wisatawan
diajak seolah-olah berada dalam masa sejarah pabrik gula, sehingga selain
informasi sejarah dapat tersampaikan dengan efektif, wisatawan juga akan
merasakan keunikan dan kekhasan wisata sejarah pabrik gula ala PTPN X ini.
Pada akhirnya
demikianlah paparan sekaligus gagasan mengenai pengembangan wisata sejarah
pabrik gula di PTPN X. Pemaparan ide dan opini mengenai potensi bisnis serta
bagaimana model pemasarannya diharapkan dapat menjadi masukan (input) dan pertimbangan bagi PTPN X
untuk lebih maju ke depannya dalam hal membuat kebijakan-kebijakan yang
bersifat membangun potensi sosial dan budaya yang ada.